Banyak Permasalahan Dalam Kepengurusan Pendidikan di Indonesia Untuk Mendikbud Muhadjir Effendy - Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan baru saja melakukan proses penggantian Menterinya. Dengan datangnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan baru bisa membawa kemajuan dan perkembangan yang baik untuk dunia Pendidikan. Nah apa saja tantangan dalam membangun dunia pendidikan yang lebih di Indonesia ? Simak ulasannya di bawah ini.
Sejak resmi menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy pun memiliki sejumlah tugas baru dalam masalah pendidikan yang ada di Indonesia. Ada beberapa tantangan menanti mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tersebut untuk diselesaikan.
Wakil Ketua Komite III DPD, Fahira Idris menuturkan, salah satu tantangan terbesar dalam pendidikan yakni luasnya cangkupan wilayah Indonesia. Hal ini membuat kualitas pendidikan belum sempurna.
"Kompleksitas masalah inilah yang mengakibatkan pemeringkatan tingkat pendidikan Indonesia di tingkat dunia masih terus berkutat di papan bawah. Satu per satu persoalan ini mesti diurai oleh Mendikbud yang baru,” ungkapnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Okezone, Jumat (29/7/2016).
Pada sistem pendidikan sendiri, tantangannya adalah memformulasikan sistem yang sanggup menghadirkan proses belajar mengajar menjadi menyenangkan namun berkualitas. "Jika ingin mengubah wajah pendidikan, bukan melulu soal mengganti kurikulum, tetapi bagaimana melatih kompetensi guru agar mampu membuat proses belajar mengajar menjadi asyik dan menyenangkan," paparnya.
Selain itu, pada infrastruktur pendidikan, terutama di daerah terpencil juga cukup berat. Sehingga butuh percepatan pembangunan sejumlah sarana dan prasarana. Hal ini sesuai dengan slogan Presiden, yakni ‘membangun Indonesia dari pinggiran bukan hanya pembangunan infrastruktur fisik saja’.
"Tapi juga menyempurnakan infrastruktur pendidikan di daerah-daerah pinggiran, termasuk juga penyediaan tenaga pengajar yang berkualitas. Ini yang saya lihat belum maksimal,” ucapnya.
Fahira menambahkan, agar Mendikbud, Muhadjir Effendy bisa memformulasikan meteri pendidikan anti-kekerasan, terutama kekerasan seksual secara komprehensif pada berbagai mata pelajaran. Pendidikan Anak Usia Dini (Paud), juga diharapkan bisa ditingkatkan lagi dari segi kapasitas guru sampai fasilitas Paud.
"Usia nol hingga enam tahun merupakan tahun emas atau golden years pembentukan karakter anak. Kemdikbud harus beri perhatian lebih untuk Paud,” tuturnya.
"Kompleksitas masalah inilah yang mengakibatkan pemeringkatan tingkat pendidikan Indonesia di tingkat dunia masih terus berkutat di papan bawah. Satu per satu persoalan ini mesti diurai oleh Mendikbud yang baru,” ungkapnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Okezone, Jumat (29/7/2016).
Pada sistem pendidikan sendiri, tantangannya adalah memformulasikan sistem yang sanggup menghadirkan proses belajar mengajar menjadi menyenangkan namun berkualitas. "Jika ingin mengubah wajah pendidikan, bukan melulu soal mengganti kurikulum, tetapi bagaimana melatih kompetensi guru agar mampu membuat proses belajar mengajar menjadi asyik dan menyenangkan," paparnya.
Selain itu, pada infrastruktur pendidikan, terutama di daerah terpencil juga cukup berat. Sehingga butuh percepatan pembangunan sejumlah sarana dan prasarana. Hal ini sesuai dengan slogan Presiden, yakni ‘membangun Indonesia dari pinggiran bukan hanya pembangunan infrastruktur fisik saja’.
"Tapi juga menyempurnakan infrastruktur pendidikan di daerah-daerah pinggiran, termasuk juga penyediaan tenaga pengajar yang berkualitas. Ini yang saya lihat belum maksimal,” ucapnya.
Fahira menambahkan, agar Mendikbud, Muhadjir Effendy bisa memformulasikan meteri pendidikan anti-kekerasan, terutama kekerasan seksual secara komprehensif pada berbagai mata pelajaran. Pendidikan Anak Usia Dini (Paud), juga diharapkan bisa ditingkatkan lagi dari segi kapasitas guru sampai fasilitas Paud.
"Usia nol hingga enam tahun merupakan tahun emas atau golden years pembentukan karakter anak. Kemdikbud harus beri perhatian lebih untuk Paud,” tuturnya.
0 komentar:
Posting Komentar